AYAT–AYAT AL-QUR’AN DAN HADITS TENTANG KEWIRAUSAHAAN

Islam sebetulnya telah memberikan ajaran yang menyeluruh dan komplet kepada umatnya dalam meniti jalan kebahagiaan hidup, salah satunya dalam mencari rezeki. Allah memerintahkan agar manusia bekerja dan berbuat sesuatu agar tidak berpangku tangan dan bermalas-malasan.

Bekerja dan berusaha termasuk berwirausaha pun bisa dikatakan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia karena keberadaanya sebagai khalifah fil-ardh dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya kearah yang lebih baik.

Allah SWT berfirman:

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)

Dari ayat diatas dapat ditarik beberapa pelajaran. Pertama, bahwa dalam mencari rezeki harus ada keseimbangan dengan upaya mencari kebahagiaan akhirat. Artinya, aktivitas bermuamalah haruslah seimbang dengan aktivitas ibadah. Kedua, didahulukannya perintah mencari kebahagian akhirat daripada mencari kebahagiaan dunia, hal ini mengandung makna, bahwa dalam segala aktivitas wirausaha harus tetap dalam bimbingan dan mengingat Allah sebagai pemilik alam semesta yang disediakan untuk segala kebutuhan hidup manusia. Ketiga, dalam berwirausaha hendaknya jangan merugikan orang lain, tapi justru sebaliknya, perlu didorong oleh semangat untuk membantu baik dengan cara membuka lapangan pekerjaan atau bersedekah. Dan yang keempat, dalam melakukan wirausaha hendaknya tidak merusak lingkungan yang mengganggu ekosistem yang bisa merugikan kehidupan seluruh makhluk hidup di muka bumi.

Perintah Allah yang lain untuk maksimal bekerja dan mencari penghasilan dengan memanfaatkan kemampuan dan juga sumber daya yang ada di sekitar kita dijelaskan dalam Surat At-taubah:105

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (At-Taubah : 105)

Pun dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ يَقُوْلُ: لأَنْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ فَيَحْطِبَ عَلَى طَهْرِهِ فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِىَ بِهِ مِنَ النَّاسِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ ذَلِكَ فَإِنَّ الْيَدَ الْعُلْيَا أَفْضَلُ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

“Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda. “Hendaklah seseorang di antara kalian pergi pagi-pagi mencari kayu dan dipikul di atas punggungnya kemudian (menjualnya) lalu bersedekah dengannya serta tidak butuh pada pemberian orang lain lebih baik baginya daripada meminta kepada orang lain diberi atau tidak, karena sesungguhn ya tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR. Muslim)

Hadist diatas menunjukkan bahwa ada beberapa aspek yang diperoleh dari bekerja dan berwirausaha, yaitu: Pertama, secara ekonomi, orang yang bekerja dan berwirausaha dapat mempunyai kekayaan sehingga tidak menjadi orang miskin, tetapi orang kaya yang secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa harus meminta-minta kepada orang lain. Kedua, secara sosial, orang yang mampu (kaya) karena bekerja atau berwirausaha kemudian peduli terhadap orang lain dengan memberikan sebagian sezekinya baik melalui sedekah, infak, maupun zakat. Sebab itu, Islam menekankan ajaran semangat memberi, bukan sebaliknya, semangat menerima.  Ketiga, secara pribadi, orang yang bekerja atau berwirausaha akan dapat memenuhi kebutuhan diri ataupun keluarganya, dan mereka akan hidup bahagia sejahtera berkat jerih payah dan usahanya.

Demikian, dari ayat-ayat dan sabda Rasulullah diatas, dapat diketahui bahwa wirausaha bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, tetapi mempunyai implikasi yang positif dalam kehidupan masyarakat. Selain untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, yaitu mengurangi kemiskinan, juga berpotensi mengurangi beban pemerintah dalam menanggulangi pengangguran, berwirausaha juga merupakan sarana bagi masyarakat untuk menyalurkan potensi yang dimilikinya untuk berkreasi sekreatif mungkin.

Dan hal yang perlu diingat bahwa dalam melakukan pekerjaan, apapun profesinya, seorang Muslim hendaknya selalu berharap ridha Allah SWT, agar harta yang diraih mengandung berkah yang bisa digunakan untuk menyempurnakan ibadah yang tentunya dilakukan dengan cara yang baik, benar, jujur, dan amanah.


Komentar